Senin, 23 Mei 2016

Tata cara ziarah kubur yang benar menurut syariat



BAB IX

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ اْلقَبْرِ فَزُوْرُوْهَا فَاِنَّهَا تُذْكِرُكُمُ اْلآخِرَةَ .
Artinya : “Adalah aku dulunya melarang kamu untuk berziarah kekubur, tapi sekarang aku ijinkan, karena itu ziarahilah kubur, karena ziarah itu mengingatkan kamu akan akhirat”.

  Hadits diatas kiranya cukuplah menjadi dalil akan pentingnya ziarah kubur, namun adapun hukum ziarah itu sendiri dan perkara-perkara lain yang berhubungan dengan ziarah kubur, maka insya Allah akan kami rangkum dibawah ini :

  1. Hukum ziarah kubur
1.      Sunnat (dilakukan berpahala dan ditinggalkan tidak berdosa) apabila yang diziarahi itu seorang muslim, dan lebih khusus lagi apabila yang diziarahi itu orang tua sendiri.

2.      Mubah (dilakukan ataupun ditinggalkan tidak berpahala dan tidak pula berdosa) apabila yang diziarahi itu orang kafir, namun tujuannya untuk mengambil i`tibar (pelajaran) dan agar ingat mati.

3.      Haram(dilakukan berdosa dan ditinggalkan berpahala) apabila yang diziarahi itu orang kafir dan tanpa niat seperti diatas.

4.      Makruh (dilakukan tidak berdosa dan ditinggalkan berpahala) apabila yang ziarah itu perempuan, kecuali yang diziarahinya adalah Rasulullah saw atau nabi-nabi, syuhada, para wali dan ulama dan orang-orang shaleh.

5.      Sunnat muakkad (sunnah yang sangat dianjurkan) menziarahi Rasulullah saw, nabi-nabi serta golongan-golongan yang tersebut diatas.

  1. Waktu ziarah
  Ziarah kubur diperbolehkan kapanpun dan hari apa saja, akan tetapi yang paling ditekankan adalah berziarah pada hari jum`at, atau dimulai setelah waktu Ashar pada hari kamis, demikian pula sebelum terbitnya matahari pada hari sabtu, dan terlebih dikhususkan lagi untuk menziarahi kubur orang tua sendiri, pada hari dan waktu-waktu tersebut, hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw dalam beberapa riwayat sebagai berikut :

-         عَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : مَنْ زَارَ قَبْرَ اَبَوَيْهِ اَوْ اَحَدِهِمَا فِيْ كُلِّ جُمُعَةٍ مَرَّةً غَفَرَ اللهُ لَهُ وَكَانَ بَارًّا بِوَالِدَيْهِ
Diriwayatkan dari Abi Hurairah ra. :
“Barangsiapa berziarah kekubur kedua orang tuanya, atau salah satu dari keduanya pada setiap hari jumat sekali, niscaya Allah mengampuni dosanya dan ia menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya”.

-         وَفِيْ رِوَايَةٍ : مَنْ زَارَ قَبْرَ وَالِدَيْهِ اَوْ اَحَدِهِمَا فَقَرَأَ عِنْدَهُ يس وَاْلقُرْآنِ اْلحَكِيْمِ غُفِرَ لَهُ بِعَدَدِ ذَالِكَ آيَةً وَحَرْفًا
Dan dalam riwayat lain :
“Barangsiapa berziarah kekubur kedua orang tuanya, atau salah satu dari keduanya, kemudian ia membaca surah Yasin, niscaya diampuni Allah dosa-dosanya sebilang-bilang ayat dan hurup yang dibacanya”.

-         وَفِيْ رِوَايَةٍ : مَنْ زَارَ قَبْرَ وَالِدَيْهِ اَوْ اَحَدِهِمَا يَوْمَ اْلجُمُعَةِ كَانَ كَحَجَّةٍ
Dan dalam riwayat lain :
“Barangsiapa berziarah kekubur kedua orang tuanya, atau salah satu dari keduanya pada hari jumat, maka jadilah pahalanya seperti pahala mengerjakan ibadah haji”

-         وَفِيْ رِوَايَةٍ لِلْبَيْهَقِيّ : مَنْ زَارَ قَبْرَ وَالِدَيْهِ اَوْ اَحَدِهِمَا غُفِرَ لَهُ وَكُتِبَ لَهُ بَرَاءَةٌ مِنَ النَّارِ
Dan dalam riwayat bagi Imam Baihaqy :
“Barangsiapa berziarah kekubur kedua orang tuanya, atau salah satu dari keduanya, niscaya dosa-dosanya, dan ditulis baginya terlepas dari api neraka”

-         وَرُوِيَ اَنَّ الرَّجُلَ لَيَمُوْتُ وَالِدَاهُ وَهُوَ عَاقٍ لَهُمَا فَيَدْعُو اللهَ لَهُمَا مِنْ بَعْدِهِمَا فَيَكْتُبَهُ اللهُ مِنَ اْلبَارِّيْنَ
Diriwayatkan bahwa ada seorang laki-laki yang semasa hidup orang tuanya, ia termasuk orang yang durhaka, tetapi manakala orang tuanya meninggal dunia, ia mendoakan keduanya, maka dengan sebab itu Allah memasukkannya kedalam golongan orang-orang yang berbakti kepada orang tua.

  1. Hal-hal yang harus dihindari tatkala berziarah
a.       Jangan melangkahi kubur.
b.      Jangan mencaci maki orang yang sudah meninggal.
c.       Jangan menyentuh atau mencium kubur, (hukumnya makruh) kecuali kubur orang-orang shaleh.

  1. Cara atau adab dan bacaan ziarah
a.       Sunnat memberi salam kepada ahli kubur, dengan salam yang sudah ditentukan oleh Rasulallah saw, dalam keadaan membelakangi kiblat dan menghadap ahli kubur dari arah mukanya.
Lafaz salam tersebut adalah sbb :


اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنِيْنَ ، وَيَرْحَمُ اللهُ اْلمُسْتَقْدِمِيْنَ مِنَّا وَمِنْكُمْ وَاْلمُسْتَأْخِرِيْنَ وَاِنَّا اِنْ شَاءَ اللهُ بِكُمْ لاَحِقُوْنَ . اَنْتُمْ لَنَا فَرَطٌ وَنَحْنُ لَكُمْ تَبَعٌ اَسْاَلُ اللهَ لَنَا وَلَكُمُ اْلعَافِيَةَ ، اَللّهُمَّ رَبَّ اْلاَرْوَاحِ اْلبَاقِيَةِ وَاْلاَجْسَادِ اْلبَالِيَةِ وَاْلعِظَامِ النَّخِرَةِ الَّتِيْ خَرَجَتْ مِنَ الدُّنْيَا وَهِيَ بِكَ مُؤْمِنَةٌ اَدْخِلْ عَلَيْهِمْ رَوْحًا مِنْكَ وَسَلاَمًا مِنَّا .

b.      Sunnat mendekat kepada ahli kubur dari arah mukanya.
c.       Dalam keadaan suci dari hadats.
d.       Sunnat membaca Al-Quran sekedar kemampuan, khususnya surah-surah :
Yasin, Al-Mulk, At-Takatsur, Al-Ikhlash, Al-Falaq, An-Nas, Al-Fatihah, Al-Baqarah ayat 1 s.d 5 :
المّ * ذاَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيْهِ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَ * الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلاَةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُوْنَ * وَالَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِاْلآخِرَةِ هُمْ يُوْقِنُوْنَ * أُولئِكَ عَلَى هُدًى مِّنْ رَّبِّهِمْ وَأُولئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ *

Dan akhir surah Al-Baqarah :
للهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِى اْلأَرْضِ وَإِنْ تُبْدُوْا مَا فِيْ أَنْفُسِكُمْ أَوْ تُخْفُوْهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللهُ فَيَغْفِرُ لِمَنْ يَّشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَّشَاءُ وَاللهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ * آمَنَ الرَّسُوْلُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُوْنَ كُلٌّ آمَنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّنْ رُّسُلِهِ وَقَالُوْا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيْرُ * لاَ يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَا لاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ *

e.       Setelah bacaan-bacaan diatas selesai maka ditutup dengan doa untuk ahli kubur dan dirinya sendiri, karena doa yang dibaca setelah bacaan-bacaan tersebut lebih cepat dikabulkan oleh Allah swt.

Demikian artikel tentang tata cara berziarah menurut ajaran agama.
Semoga bermanfaat…
Baca juga :

Minggu, 22 Mei 2016

tata cara takziah yang benar menurut syariat



BAB VIII


  • Ta`ziah

  Salah satu perkara yang dianjurkan bahkan disunnahkan oleh agama dan sudah sangat jarang kita dengar atau kita lakukan, adalah menghibur orang yang mengalami musibah kematian, baik keluarganya maupun teman dekatnya yang dalam istilah agama disebut Ta`ziah. Padahal perkara semacam ini sangat dianjurkan oleh Rasulullah saw seperti dalam sebuah hadits yang berbunyi :

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُعَزِّى اَخَاهُ بِمُصِيْبَةٍ اِلاَّ كَسَاهُ اللهُ مِنْ حُلَلِ اْلكَرَامَةِ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ
Rasulullah saw telah bersabda : “ Tidak ada seorang muslimpun yang melakukan ta`ziah kepada saudaranya yang tertimpa musibah, melainkan Allah memakaikan kepadanya pakaian kemuliaan pada hari kiamat”.

  Sehubungan dengan itu, didalam artikel ini kami mengungkapkan secara ringkas namun insya Allah mencakup berbagai perkara yang berhubungan dengan masalah ta`ziah, mulai dari makna ta`ziah itu sendiri, hukumnya dan lain sebagainya.

  1. Makna ta`ziah menurut syariat.
  Padanan kata yang mungkin agak mirip dengan ta`ziah dalam bahasa indonesia adalah bela sungkawa yang artinya “turut berduka cita atas musibah yang menimpa saudara kita”, namun ta`ziah lebih dari sekedar bela sungkawa, karena arti ta`ziah menurut syariat adalah : menyampaikan kepada orang yang tertimpa musibah kematian, agar bersabar menerima musibah tersebut dan mengingatkan janji pahala dari Allah jika ia mau bersabar, serta mendoakan kepada almarhum supaya mendapatkan keampunan dari Allah swt, (apabila yang dita`ziahi seorang muslim).

  1. Hukum ta`ziah dan kepada siapa menyampaikan ta`ziah.
  Seperti sudah kita ungkapkan diatas, bahwa ta`ziah dalam ajaran agama kita hukumnya sunnat, namun yang sunnat diberi ucapan ta`ziah adalah tiap orang yang kita anggap sangat sangat merasa kehilangan/berduka cita atas musibah tersebut, baik itu keluarga almarhum sendiri ataupun teman dekatnya, dan baik almarhum itu muslim sedangkan keluarganya kafir atau sebaliknya, kelurganya muslim dan si mayatnya kafir, apalagi apabila kedua belah pihak, maksudnya mayat dan keluarganya sama-sama muslim, sebaliknya apabila mayat dan keluarganya kafir maka tidak disunnatkan berta`ziah.
  Yang pertama kali diberi ucapan ta`ziah hendaknya orang yang paling berduka atas kematian itu, kemudian orang yang lebih kurang kedukaannya, sampai kepada yang paling kurang rasa dukanya atas kepergian almarhum.

  1. Waktu ta`ziah
  Waktu ta`ziah dimulai sejak terjadinya musibah kematian sampai tiga hari berikutnya, dan yang paling afdhal adalah sebelum mayat dikuburkan.
Adapun ta`ziah setelah tiga hari maka hukumnya makruh, kecuali bagi orang yang baru mendengar atau baru datang dari daerah lain, maka dihitung dimulai sejak ia mendengar berita kematian itu atau setelah kedatangannya.

  1. Lafaz-lafaz ta`ziah dan jawaban orang yang menerima ucapan ta`ziah.
a.       Apabila keluarga dan mayat itu sama-sama muslim maka lafaz ta`ziah adalah :

اَعْظَمَ اللهُ اَجْرَكَ وَاَحْسَنَ عَزَاءَكَ وَغَفَرَ لِمَيِّتِكَ
“Semoga Allah membesarkan pahala engkau dan diberi kesabaran, dan semoga Allah mengampuni dosa keluarga engkau yang meninggal”

b.      Apabila mayat itu muslim sedangkan kelurganya kafir maka lafaz ta`ziah adalah :

غَفَرَ اللهُ لِمَيِّتِكَ وَاَحْسَنَ عَزَاءَكَ
“Semoga Allah mengampuni dosa keluarga engkau yang meninggal, dan engkau diberikan kesabaran”

c.       Apabila mayat itu kafir dan keluarganya muslim maka lafaz ta`ziah adalah :

اَعْظَمَ اللهُ اَجْرَكَ وَصَبَّرَكَ
“Semoga Allah membesarkan pahala engkau dan semoga engkau diberi kesabaran”

  1. Cara-cara menyampaikan ta`ziah
-          Disampaikan secara langsung kepada yang bersangkutan.
-          Bisa juga disampaikan lewat surat.

  Demikianlah tata cara menyampaikan ta`ziah menurut tuntunan agama islam.
Semoga bermanfaat…

Baca juga :