Rabu, 25 Mei 2016

Dalil Talqin dan lafaz Talqin berbahasa arab



BAB IX
Talqin
  1. Dalil Talqin
  Pada artikel sebelumnya telah disebutkan bahwa sunnat mentalqinkan jenazah setelah selesai dimakamkan, dengan dua dalil berikut ini sebagai dasarnya.
-          Dalil pertama adalah mafhum dari ayat firman Allah swt,  yakni :
(( وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِينَ )) الذاريات : 55
“Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman”. Q.S : 51 : 55
  Karena tujuan dari Talqin adalah memberikan peringatan dan pelajaran baik kepada jenazah (yang sudah dikubur), agar mempermudah dalam menjawab pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir, dan secara tidak langsung juga mengingatkan kepada orang-orang yang menghadiri pemakaman tersebut, bahwa nantinya semua orang akan ditanya malaikat Munkar dan Nakir dengan pertanyaan-pertanyaan yang sama dengan yang ditalqinkan tersebut, juga mengingatkan pentingnya menyiapkan diri dengan iman, taqwa, ilmu dan amal shaleh agar nantinya dapat menjawab semua pertanyaan dua malaikat tersebut, tatkala maut sudah menjemput .
  Maka mafhum muwafaqah ayat diatas senada dengan inti talqin yang bertujuan untuk memberikan peringatan dan ilmu pengetahuan akan kejadian yang akan dialami oleh setiap orang yang telah menjadi penghuni kubur.
  Adapun dalil yang menyatakan bahwa mayat yang berada didalam kubur bisa mendengar akan orang yang berada diatas kuburnya, maka akan kami sebutkan kutipan dari salah satu kitab Fikih yang mu`tabaroh yaitu kitab I’anatut Thalibin berbunyi :
يُنْدَبُ التَّلْقِيْنُ بَعْدَ تَمَامِ دَفْنِهِ لِخَبَرِ : اَلْعَبْدُ إِذَا وُضِعَ فِيْ قَبْرِهِ وَتَوَلَّى وَذَهَبَ أَصْحَابُهُ حَتَّى أَنَّهُ يَسْمَعُ قَرعَ نِعَالِهِمْ أَتَاهُ مَلَكَانِ. الحديث اهـ / إعانة الطالبين : 2/140
“Disunnatkan mentalqin mayat setelah sempurna penguburannya, berdasarkan hadits : “Seorang hamba Allah yang meniggal dunia,  jika telah ditempatkan di kuburnya dan teman-temannya sudah pergi meninggalkannya sehingga dia mendengar suara sendal/sepatu mereka, maka datanglah kepadanya dua malaikat (Munkar dan Nakir)”.

  Hadits tersebut menyebutkan bahwa mayat yang berada didalam kubur mendengar suara langkah kaki orang yang berada diatasnya, maka dapat kita ambil pemahaman bahwa mayat tersebut tidak mungkin tidak mendengar talqin yang diucapkan lebih keras dibandingkan langkah kaki.

-          Dalil kedua adalah hadits Rasulullah saw yang sanadnya itu bersumber dari salah seorang sahabat Nabi yang bernama Abu Umamah Al-Bahily yang diriwayatkan oleh imam At-Thabrany, selengkapnya hadits tersebut adalah sebagai berikut :
عَنْ اَبِيْ اُمَامَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : إِذَا أَنَا متُّ فَاصْنَعُوْا بِيْ كَمَا أَمَرَنَا رَسُوْلَ اللهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: إِذَا مَاتَ أَحَدٌ مِنْ إِخْوَانِكُمْ فَسَوَّيْتُمُ التُّرَابَ عَلَى قَبْرِهِ فَلْيَقُمْ أَحَدُكُمْ عَلَى رَأْسِهِ ثُمَّ لْيَقُلْ: يَا فُلاَنُ بْنُ فُلاَنَةَ فَإِنَّهُ يَسْمَعُهُ وَلاَ يُجِيْبُ، ثُمَّ يَقُوْلُ: يَا فُلاَنُ بْنُ فُلاَنَةَ فَإِنَّهُ يَقُوْلُ يَرْحَمُكَ اللهُ وَلَكِنْ لاَ تَشْعُرُوْنَ، فَلْيَقُلْ: اُذْكُرْ مَا خَرَجْتَ عَلَيْهِ مِنَ الدُّنْيَا شَهَادَةَ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَأَنَّكَ رَضِيْتَ بِاللهِ رَبًّا وَبِاْلاِسْلاَمِ دِيْنًا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا وَبِاْلقُرْآنِ إِمَامًا فَإِنَّ مُنْكَرًا وَنَكِيْرًا يَأْخُذُ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا بِيَدِ صَاحِبِهِ وَيَقُوْلُ: اِنْطَلِقْ بِنَا مَا يُقْعِدُنَا عِنْدَ مَنْ قَدْ لُقِّنَ حُجَّتُهُ .
Dari Abi Umamah ra, ia berkata :“apabila aku mati nanti, lakukan padaku seperti yang diperintahkan oleh Rasulullah saw, beliau bersabda : “ Apabila mati seorang daripada saudaramu, maka tutupilah dengan tanah diatas kuburnya, dan berdirilah (kerjakanlah) seorang dari kamu pada bagian kepalanya (kuburnya), kemudian katakanlah Wahai fulan (nama mayat itu) anak fulanah (nama ibunya), maka sesungguhnya mayat itu mendengar dan dia menjawab (menyahut), kemudian katakan Wahai fulan (nama mayat itu)  anak fulanah (nama ibunya), maka dia berkata semoga Allah merahmati kamu tetapi kamu semua tidak menyadarinya, maka hendaklah katakan : Ingatlah apa yang telah keluar kamu atasnya dari dunia ini, yaitu kesaksian bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan Nabi Muhammad itu hambaNya dan rasulNya dan bahwasanya kamu telah meredhoi dengan Allah sebagai tuhanmu dan Islam sebagai agamamu dan Muhammad sebagai Nabimu dan Al-Quran sebagai petunjukmu, maka sesungguhnya malaikat Munkar dan Nakir saling berpegangan tangan, dan berkata : mari kita pergi kepada orang yang telah ditalqinkan (diajarkan) hujjahnya”

  Dengan dua dalil diatas kiranya cukup lah untuk menepis keraguan kita akan kesunnahan Talqin yang sejatinya telah dilakukan oleh banyak ulama diseluruh dunia, andaikan ada sebagian orang yang berpendapat berbeda kiranya jangan lah perbedaan itu dijadikan alasan untuk berpecah-belah dikalangan ummat muslim. Mari kita eratkan ukhuwah islamiyah kita.
  1. Lafaz Talqin
  Lafaz talkin mungkin ada bermacam-macam, disini akan kami sebutkan salah satunya yang populer didaerah kalimantan selatan khususnya, lafaz talqin berbahasa arab tersebut adalah :
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الَّرَحِيْمِ.
  كُلُّ شَيْئٍ هَالِكٌ اِلاَّ وَجْهَهُ ، لَهُ الْحُكْمُ وَ اِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ ، كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ، وَ اِنَّمَا تُوَفَّوْنَ اُجُوْرَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَاُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ، وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا اِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُوْرِ، مِنْهَا خَلَقْنَاكُمْ ، وَفِيْهَا نُعِيْدُكُمْ ، وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ تَارَةً اُخْرَى ، مِنْهَاخَلَقْنَاكُمْ لِلْأَجْرِ وَالثَّوابِ ، وَفِيهَا نُعِيدُكُمْ لِلدُّودِ والتُّرَابِ ، وَمِنْهَا نُخْرِجُكُمْ لِلْعَرْضِ وَالْحِسَابِ ، بِسْمِ اللهِ وَبِاللهِ وَمِنَ اللهِ وَاِلَى اللهِ وَعَلَى مِلَّةِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. هَذَامَا وَعَدَ الرَّحْمنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُوْنَ. اِنْ كَانَتْ اِلاَّ صَيْحَةً وَاحِدَةً فَاِذَا هُمْ جَمِيعٌ لَدَيْنَا مُحْضَرُوْنَ.
 يَا ...... بِنْ / بِنْتِ  .......  يَرْحَمُكَ اللهِ ، ذَهَبَتْ عَنْكَ الدُّنْيَا وَزِيْنَتُهَا ، وَصِرْتَ اْلآنَ فِيْ بَرْزَخٍ مِنْ بَرَازِيْخِ اْلآخِرَةِ ، فَلاَ تَنْسَ الْعَهْدَ الَّذِيْ فَارَقْتَنَا عَلَيْهِ فِيْ دَارِ الدُّنْيَا وَقَدِمْتَ بِهِ اِلَى دَارِ اْلآخِرَةِ ، وَهُوَ شَهَادَةُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهِ وَ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ ، فَإِذَا جَاءَكَ الْمَلَكَانِ الْمُوَكَّلاَنِ بِكَ وَبِأَمْثَالِكَ مِنْ اُمَّةِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلاَ يُزْعِجَاكَ وَلاَ يُرْعِبَاكَ ، وَاعْلَمْ اَنَّهُمَا خَلْقٌ مِنْ خَلْقِ اللهِ تَعَالَى كَمَا اَنْتَ خَلْقٌ مِنْ خَلْقِ اللهِ ، وَاِذَا سَاَلاَكَ مَنْ رَبُّكَ ؟ وَمَا دِيْنُكَ ؟ وَمَا اعْتِقَادُكَ ؟ وَمَا الَّذِيْ مُتَّ عَلَيْهِ ؟، فَقُلْ لَهُمَا : اللهِ رَبِّيْ ، وَاِذَا سَأَلاَكَ الثَّانِيَةَ فَقُلْ لَهُمَا : اللهِ رَبِّيْ ، وَاِذَا سَأَلاَكَ الثَّالِثَةَ وَهِيَ الْخَاتِمَةُ الْحُسْنَى فَقُلْ لَهُمَا بِلِسَانٍ طَلْقٍ بِلاَ خُوْفٍ وَلاَ فَزَعٍ : اللهِ رَبِّيْ وَاْلإِسْلاَمُ دِيْنِيْ وَمُحَمَّدٌ نَبِيِّـيْ وَالْقُرْآنُ اِمَامِيْ وَالْكَعْبَةُ قِبْلَتِيْ وَالصَّلَوَاتُ فَرِيْضَتِيْ وَالْمُسْلِمُوْنَ اِخْوَانِيْ وَاِبْرَاهِيْمُ الْخَلِيْلُ اَبِيْ وَاَنَا عِشْتُ وَمُتُّ عَلَى قَوْلِ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهِ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ.  
تَمَسَّكْ ( يَا عَبْدَ الله / اَمَةَ الله ) بِهَذِهِ الْحُجَّةِ ، وَاعْلَمْ اَنَّكَ مُقِيْمٌ بِهَذَا الْبَرْزَخِ اِلَى يَوْمِ يُبْعَثُوْنَ.  فَإِذَا قِيْلَ لَكَ مَا تَقُوْلُ فِيْ هَذَا الرُّجُلِ الَّذِيْ بُعِثَ فِيْكُمْ وَفِى الْخَلْقِ اَجْمَعِيْنَ. فَقُلْ هُوَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَاءَنَا بِالْبَيِّنَاتِ مِنْ رَبِّهِ فَاتَّبَعْنَاهُ وَآمَنَّا بِهِ ، فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللهِ لاَ اِلهَ اِلاَّ هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ.  
وَاعْلَمْ ( يَا عَبْدَ الله / اَمَةَ الله ) اَنَّ الْمَوْتَ حَقٌّ وَاَنَّ نُزُوْلَ الْقَبْرِ حَقٌّ وَ اَنَّ سُؤَالَ مُنْكَرٍ وَنَكِيْرٍ حَقٌّ وَاَنَّ الْبَعْثَ حَقٌّ وَاَنَّ الْحِسَابَ حَقٌّ وَاَنَّ الْمِيزَانَ حَقٌّ وَاَنَّ الصِّرَاطَ حَقٌّ وَاَنَّ النَّارَ حَقٌّ وَاَنَّ الْجَنَّةَ حَقٌّ وَاَنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ لاَ رَيْبَ فِيْهَا وَ اَنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ مَنْ فِى الْقُبُوْرِ .

Kemudian disambung dengan doanya, dan semua hadirin ikut mengaminkan :

نَسْتَوْدِعُكَ اللَّهـُمَّ يَا أَنِيْسَ كُلِّ وَحِيْدٍ وَيَا حَاضِرًا لَيْسَ بِغَائِبٍ,  آنِسْ وَحْدَتَنَا وَوَحْدَتَهُ وَارْحَمْ غُرْبَتَنَا وَغُرْبَتَهُ وَلَقِّنْهُ حُجَّتَهُ وَلاَ تَفْتِنَّا بَعْدَهُ وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهُ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ ، وَصَلَّى اللهِ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمْ وَالْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

  Lafaz Talqin ini lebih baik dibaca 3x, dan agar hadirin tidak merasa bosan, maka sebaiknya dibaca oleh tiga orang yang berbeda-beda.
  Demikian lah artikel yang membahas tentang Talqin, semoga bermanfaat…
Baca juga :

Selasa, 24 Mei 2016

Dalil Tahlilan



BAB X


  • Tahlilan

  Sebagaimana yang telah dilaksanakan oleh ulama-ulama terdahulu, dan alhamdulillah sampai saat ini masih tetap membudaya dimasyarakat muslim terutama diindonesia, seperti adanya Tahlilan hari pertama s.d hari ke 3, hari ke 7, hari ke 25, hari ke 40 dan hari ke 100, serta setahun dari kepergian almarhum yang lazim disebut “ Haul “ .

  Untuk mengokohkan dan menambah keyakinan kita terhadap pekerjaan-pekerjaan tersebut, maka dalam artikel ini kami akan memberikan dalil yang mendasari ulama-ulama kita dalam mempertahankan pekerjaan yang oleh sebagian orang dianggap sebagai hal yang bid`ah dhalalah tersebut.

 Berikut sebuah hadist yang mengisyaratkan bahwa ruh-ruh orang beriman sangat memerlukan dan mengharapkan bantuan kerabatnya yang masih hidup, untuk diberikan hadiah berupa amal shaleh, yang dapat membantu ruh-ruh itu dalam menjalani penantian hari kebangkitan didalam kubur mereka.

قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اِنَّ اَرْوَاحَ اْلمُؤْمِنِيْنَ يَأْتُوْنَ فِيْ كُلِّ لَيْلَةِ جُمُعَةٍ وَيَوْمِ اْلعِيْدَيْنِ وَيَوْمِ عَاشُوْرَاءَ وَيَوْمِ لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ ، وَيَقُوْمُوْنَ عَلَى اَبْوَابِ بُيُوْتِهِمْ ، فَيَقُوْلُوْنَ : يَا اَبِيْ اَوْ يَا وَلَدِيْ اِرْحَمُوْنِيْ يَرْحَمُكُمُ اللهُ ، نَزَلْنَا اِلَى قَبْرٍ ضَيِّقٍ وَلَمٍّ طَوِيْلٍ . قَالَ الصَّحَابَةُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : يَا رَسُوْلَ اللهُ مَا مَعْنَى اِرْحَمُوْنِيْ ؟ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اّلدُّعَاءُ وَالصَّدَقَةُ هَدِيَّةٌ اِلَى اْلمَوْتَى .
Telah bersabda Nabi saw :
"Sesungguhnya ruh-ruh orang beriman akan datang pada setiap malam jumat dan malam dua hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha) dan malam Asyura` (10 muharram) dan malam Nisfu Sya`ban (malam pertengahan dari bulan sya`ban) , dan mereka berdiri dipintu rumah-rumah mereka, kemudian mereka berkata : Wahai bapak ku, atau wahai anak ku… kasihi lah aku, niscaya engkau akan dirahmati Allah, kami tinggal dikubur yang sempit dan dalam waktu yang lama.
Lalu Sahabat ra. Bertanya :
Wahai Rasulullah apa makna kasihilah aku ?
maka Nabi saw bersabda :
“Doa dan sedekah adalah hadiah untuk orang-orang yang telah meninggal”.

  Dapat dipahami dengan jelas dari hadits diatas bahwa sedekah berupa memberi makanan dll dan doa yang diniatkan pahalanya untuk orang-orang yang telah meninggal dunia, maka pahalanya akan sampai kepada mereka, sedangkan acara “Tahlilan” yang biasanya diadakan itu kalau kita cermati, isinya adalah pembacaan ayat-ayat Al-Quran, Zikir, Shalawat, Tasbih dan doa, lebih dari itu, berkumpulnya kaum muslimin yang menghadiri acara tersebut secara tidak langsung telah menghubungkan silaturrahmi yang mana itupun termasuk sunnah nya baginda Rasulullah saw. Maka dengan dasar apakah sehingga ada segelintir orang yang menganggapnya Dhalalah (sesat) ???

  Adapun dalil yang menerangkan tentang hari-hari yang biasanya acara Tahlilan itu diadakan, adalah pekataan salah satu sahabat Nabi saw yaitu sayyidina Umar bin Khattab ra berikut ini :

قَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : اَلصَّدَقَةُ بَعْدَ الدَّفْنَى ثَوَابُهَا اِلَى ثَلاَثَةِ اَيَّامٍ ، وَالصَّدَقَةُ فِى ثَلاَثَةِ اَيَّامٍ يَبْقَى ثَوَابُهَا اِلَى سَبْعَةِ اَيَّامٍ ، وَالصَّدَقَةُ يَوْمَ السَّابِعِ يَبْقَى ثَوَابُهَا اِلَى خَمْسٍ وَعِشْرِيْنَ يَوْمًا ، وَمِنَ اْلخَمْسِ وَعِشْرِيْنَ اِلَى اَرْبَعِيْنَ يَوْمًا ، وَمِنَ اْلاَرْبَعِيْنَ اِلَى مِائَةٍ ، وَمِنَ اْلمِائَةِ اِلَى سَنَةٍ ، وَمِنَ السَّنَةِ اِلَى اَلْفِ يَوْمٍ .
Telah berkata sayyiduna Umar ra. :
“ Sedekah (yang pahalanya dihadiahkan untuk orang yang sudah meninggal) sesudah pemakamannya, maka pahalanya (mengalir terus-menerus) sampai hari ketiga, dan sedekah pada hari ketiga maka pahalanya sampai hari ketujuh, sedekah pada hari ketujuh maka pahalanya mengalir terus-menerus sampai hari kedua puluh lima, dan dari hari kedua puluh lima sampai hari keempat puluh, dan dari hari keempat puluh sampai hari keseratus, dan dari hari keseratus sampai setahun, dan dari setahun sampai hari keseribu”

  Maka jelaslah bahwa penentuan hari-hari yang biasanya acara Tahlilan itu dilaksanakan, seperti hari ketiga, ketujuh, kedua puluh lima, keempat puluh, keseratus dst, itu berdasar kepada perkataan sayyidina Umar ra. yang memang kaum muslimin diperintahkan Rasulullah saw untuk mengikuti petunjuk beliau.

  “Berpegang kepada perkataan sayyidina Umar ra sama halnya dengan berpegang kepada sunnah Rasul saw”.  Adapun yang mendasari semua itu dapat kami simpulkan dari beberapa alasan berikut ini :

  1. Karena beliau ra diberi gelar oleh Rasul saw dengan sebutan “Al-Faruq” artinya yang membedakan antara yang hak dengan yang bathil, dan ditangan beliau nampak lah antara yang benar dan yang salah.
  2. Beliau ra diberi ilham oleh Allah swt, yang mana beliau tidak berkata kecuali yang benar, sebagaimana sabda Rasul saw:
" اِنَّ اللهَ تَعَالَى جَعَلَ اْلحَقَّ عَلَى لِسَانِ عُمَرَ وَقَلْبِهِ "
“sesungguhnya Allah Ta`ala menjadikan kebenaran atas ucapan dan hati Umar”

" قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَقَدْ كَانَ فِيْمَنْ قَبْلَكُمْ مِنَ اْلاُمَمِ مُحَدَّثُوْنَ – اَىْ مُلْهَمُوْنَ – فَاِنْ يَكُنْ فِيْ اُمَّتِيْ اَحَدٌ فَاِنَّهُ عُمَرُ "
“ Telah bersabda Rasulullah saw : Sesungguhnya telah ada pada ummat terdahulu orang-orang yang diberi ilham, maka jika ada orang seperti itu diantara ummatku maka pastilah dia Umar”

  1. Turunnya ayat Al-Quran yang bersesuaian dengan pendapat beliau ra.
عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّهُ قَالَ : وَافَقْتُ رَبِّيْ فِيْ ثَلاَثٍ : فِيْ مَقَامِ اِبْرَاهِيْمَ ، وَفِى اْلحِجَابِ ، وَفِيْ اسَارِي بَدْرٍ ، قُلْتُ : يَا رَسُوْلَ اللهِ لَوْ اِتَّخَذْنَا مِنْ مَقَامِ اِبْرَاهِيْمَ مُصَلَّى ؟ فَنُزِلَتْ : (( وَاتَّخِذُوْا مِنْ مَقَامِ اِبْرَاهِيْمَ مُصَلَّى )) . وَقُلْتُ : يَا رَسُوْلَ اللهِ اِنَّ نِسَاءَكَ يَدْخُلُ عَلَيْهِ اْلبِرُّ وَاْلفَاجِرُ ، فَلَوْ اَمَرْتَهُنَّ اَنْ يَحْتَجِبْنَ ؟ فَنُزِلَتْ آيَةُ اْلحِجَابِ : (( وَإِذَا سَأَلْتُمُوْهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوْهُنَّ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ )) . وَاجْتَمَعَ نِسَاءُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ فِى اْلغَيْرَةِ ، فَقُلْتُ : (( عَسَى رَبُّهُ إِنْ طَلَّقَكُنَّ أَنْ يُبْدِلَهُ أَزْوَاجًا خَيْرًا مِنْكُنَّ )) فَنُزِلَتْ كَذَالِك.
Dari sayyidina Umar bin Khattab ra. bahwasanya ia berkata : pendapatku bersesuaian dengan firman Allah pada tiga perkara : pada maqam Ibrahim, pada masalah hijab, dan pada para tawanan perang badar.
Aku katakan : wahai Rasulullah tidakkah sebaiknya kita jadikan maqam Ibrahim sebagai tempat shalat ? maka turunlah ayat : ((Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat)) .
Dan aku katakan : "Telah berkunjung kepada istri-istri engkau orang baik dan orang jahat. Bagaimana sekiranya engkau memerintahkan agar supaya dipasang hijab (tabir) ?” maka turunlah ayat : ((Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri- isteri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir))
Dan ketika Rasulullah SAW diboikot oleh istri-istrinya karena cemburu maka aku katakan : "Mudah-mudahan Tuhan-Nya akan menceraikan kamu, dan menggantikan kamu dengan istri-istri yang lebih baik daipada kamu." Maka turunlah ayat seperti demikian itu.

  1. Rasulullah saw memerintahkan kaum muslimin agar berpegang kepada petunjuk Khulafau Al-Rasyidin dan kepada sunnah Abu Bakar Al-Shiddiq dan Umar bin Al-Khattab.
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اِقْتَدوْا بِالَّذيْنَ مِنْ بَعْدِيْ : اَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ .
Telah bersabda Rasulullah saw : “ ikutilah mereka sesudah aku wafat, yaitu Abu Bakar dan Umar”

Kesimpulan :
Acara tahlilan yang telah lama dilaksanakan di indonesia ini, memang berdasar kepada sunnah Rasul saw dan atsar Salafus Shalih seperti uraian diatas, dan memang tidak salah kalau itu dianggap sebagai pekerjaan Bid`ah hasanah (baik), karena memang tidak pernah dilakukan dizaman Rasulullah, tetapi tidak semua Bid`ah dikategorikan Dhalalah (sesat), buktinya banyak perkara yang Bid`ah yang dilakukan oleh Sahabat Rasulullah sendiri, sebagai contoh : Shalat Tarawih berjamaah yang dipelopori oleh sayyidina Umar ra, sayyidina Bilal ra yang selalu shalat dua rakaat setelah berwudu, Al-Qur`an yang dimushafkan dizaman sayyidina Utsman ra dll. Yang kesemuanya menunjukkan bahwa perbuatan Bid`ah Hasanah itu tidak lah salah, karena para sahabat Nabi adalah ikutan/panutan yang sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah saw :

أَصْحَابِيْ كَالنُّجُوْمِ بِأَيِّهِمْ اِقْتَدَيْتُمْ اِهْتَدَيْتُمْ
"Sahabat-sahabatku adalah laksana bintang, dengan siapapun kamu mengikut dari mereka maka kamu akan dapat petunjuk"

  Selain dari itu acara Tahlilan juga memiliki banyak manfaat dan kemashlahatan bagi ummat, terutama untuk mempererat silaturrahmi, dan menumbuhkan semangat saling bantu dan tolong menolong kepada saudara seagama kita.

 Sekian artikel yang mengulas tentang Tahlilan, semoga bermanfaat…
Baca juga :